Minggu, 19 April 2009

Perencanaan SDM

PERENCANAAN SUMBER DAYA MANUSIA


Perencanaan sumber daya manusia (Human Resource Planning) adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang untuk menjamin terpenuhinya jumlah pegawai menurut jabatan, satuan organisasi dan waktu, sehingga organisasi dapat mencapai sasaran – sasaran dan misi yang ditetapkan (Hardijanto, Modul Perenc. Strategis & Perenc. SDM dalam Organisasi, 2006). Perencanaan SDM sebagai suatu proses manajemen dalam menentukan pergerakan sumber daya manusia organisasi dari posisinya saat ini menuju posisi yang diinginkan di masa depan dengan menggunakan data sebagai pedoman perencanaan di masa depan.

Tujuan utama perencanaan adalah memfasilitasi keefektifan organisasi, yang harus diintegrasikan dengan tujuan perencanaan jangka pendek dan jangka panjang organisasi (Jackson & Schuler, 1990). Dari konsep tersebut, perencanaan sumber daya manusia dipandang sebagai proses linear, dengan menggunakan data dan proses masa lalu (short-term) sebagai pedoman perencanaan di masa depan (long-term).

Untuk merancang dan mengembangkan perencanaan sumber daya manusia yang efektif menurut Manzini (1996) untuk, terdapat tiga tipe perencanaan yang saling terkait dan merupakan satu kesatuan sistem perencanaan tunggal. Pertama, strategic planning yang bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan organisasi dalam lingkungan persaingan, Kedua, operational planning, yang menunjukkan demand terhadap SDM, dan Ketiga, human resources planning, yang digunakan untuk memprediksi kualitas dan kuantitas kebutuhan sumber daya manusia dalam jangka pendek dan jangka panjang yang menggabungkan program pengembangan dan kebijaksanaan SDM.

Ada beberapa tahapan yang menjadi prosedur perencanaan SDM yaitu : menetapkan secara jelas kualitas dan kuantitas SDM yang dibutuhkan, mengumpulkan data dan informasi tentang SDM, mengelompokkan data dan informasi serta menganalisisnya. menetapkan beberapa alternative, memilih yang terbaik dari alternative yang ada menjadi rencana, dan menginformasikan rencana kepada para karyawan untuk direalisasikan.

Pada Perencanaan SDM dikenal work measurement atau pengukuran kerja, yaitu penggunaan teknik – teknik yang diciptakan untuk menetapkan waktu bagi seseorang pekerja yang memenuhi persyaratan (qualified) dalam menyelesaikan suatu pekerjaan tertentu pada suatu tingkat performance (prestasi) yang telah ditetapkan. Ada dua metode pengukuran yaitu : Metode Praktis Empiris (nonilmiah), cirinya adalah perencanaan SDM hanya didasarkan pada individu judgement (pengalaman, imajinasi, dan perkiraan-perkiraan dari perencana saja), tidak memerlukan observer yang berpengalaman, sederhana, mudah dan cepat, dapat digunakan untuk pekerjaan kantoran. Rencana SDM semacam ini risikonya cukup besar, sebab memiliki tingkat akurasi yang rendah, sehingga kualitas dan kuantitas tenaga kerja tidak sesuai dengan kebutuhan perusahaan, akibatnya timbul mismanagement dan pemborosan yang merugikan organisasi. Contoh dari metode ini : Metode Ration Delay Study (RDS), Metode Slotting Technique, Metode Estimasi Teknis. Metode Analitis (ilmiah) diartikan bahwa perencanaan SDM dilakukan berdasarkan atas hasil analisis menggunakan metode – metode ilmiah, untuk itu dibutuhkan tenaga observer yang terlatih, sarana pengukuran mahal dan digunakan untuk tenaga tingkat operasional / lapangan. Rencana SDM semacam ini risikonya relative kecil karena memiliki tingkat akurasi tinggi dan segala sesuatunya telah diperhitungkan terlebih dahulu, contoh dari metode ini :.Metode Penelitian Waktu (Time Study), Metode Rated Activity Sampling, Metode Teknis Analitis Dalam Praktek.

Prakiraan Persediaan SDM adalah komponen Perencanaan SDM yang berkaitan dengan perhitungan jumlah dan jenis pegawai yang dibutuhkan organisasi (Hardijanto, kuliah 4 & 5, Perenc. SDM Strategik). Prakiraan SDM atau Peramalan (forecasting) SDM menggunakan informasi masa lalu dan saat ini untuk mengidentifikasi kondisi masa depan yang diharapkan. Proyeksi untuk masa yang akan datang tentu saja ada unsur ketidaktepatan. Jangka waktu peramalan Peramalan SDM harus dilakukan melalui tiga tahap: perencanaan jangka pendek, menengah dan panjang. Beberapa Teknik yang biasa digunakan untuk Peramalan (forecasting) adalah : Teknik Markov Chain (Rantai Markov), hakekatnya teknik ini memberi gambaran bahwa komposisi tenaga dimasa mendatang adalah kelanjutan dari masa kini, dengan teknik ini kita dapat mengkaji kadar kenaikan pangkat dan kadar attrition (pensiun, pindah, dan berhenti), Labour Turn Over Rate (LTOR), penghitungan teknik ini adalah membagi jumlah pegawai yang berhenti dalam satu tahun dengan rata – rata tenaga kerja dalam 1 tahun dikalikan 100 %. Teknik Survival Rate, teknik ini mengungkapkan prestasi (%) jumlah tenaga kerja yang masih tinggal bekerja setelah mempunyai masa kerja tertentu.

Dalam pelaksanaannya, perencanaan sumber daya manusia harus disesuaikan dengan strategi tertentu. Hal ini dimaksudkan untuk meminimalisikan adanya kesenjangan agar tujuan dengan kenyataan dan sekaligus menfasilitasi keefektifan organisasi dapat dicapai. Perencanaan sumber daya manusia harus diintegrasikan dengan tujuan perencanaan jangka pendek dan jangka panjang organisasi. Hal ini diperlukan agar organisasi bisa terus survive dan dapat berkembang sesuai dengan tuntutan perubahan yang sangat cepat dan dinamis .

Jumat, 17 April 2009

KRITISISME

Kritisisme adalah filsafat yang memulai perjalanannya dengan terlebih dulu menyelidiki kemampuan rasio dan batas-batasnya. Pelopor kritisisme adalah Immanuel Kant.
Immanuel Kant (1724 – 1804) mengkritisi Rasionalisme dan Empirisme yang hanya mementingkan satu sisi dari dua unsur (akal dan pengalaman) dalam mencapai kebenaran. Menonjolkan satu unsur dengan mengabaikan yang lain hanya akan menghasilkan sesuatu yang berat sebelah. Kant jelas-jelas menolak cara berfikir seperti ini. Karena itu, Kant menawarkan sebuah konsep “Filsafat Kritisisme” yang merupakan sintesis dari rasionalisme dan empirisme. Kata kritik secara harfiah berarti “pemisahan”. Filsafat Kant bermaksud membeda-bedakan antara pengenalan yang murni dan yang tidak murni, yang tiada kepastiannya. Ia ingin membersihkan pengenalan dari keterikatannya kepada segala penampakan yang bersifat sementara. Jadi filsafatnya dimaksudkan sebagai penyadaran atas kemampuan-kemampuan rasio secara objektif dan menentukan batas-batas kemampuannya, untuk memberi tempat kepada iman kepercayaan.
Dengan filsafatnya Kant bermaksud memugar sifat objektivitas dunia dan ilmu pengetahuan. Agar maksud itu terlaksana, orang harus menghindarkan diri dari sifat sepihak rasionalisme dan dari sifat sepihak empirisme. Rasionalisme mengira telah menemukan kunci bagi pembukaan realitas pada diri subjeknya, lepas dari segala pengalaman, sedang empirisme mengira hanya dapat memperoleh pengenalan dari pengalaman saja. Ternyata bahwa empirisme sekalipun mulai dengan ajaran yang murni tentang pengalaman, tetapi melalui idealisme subjektif bermuara pada suatu skeptisisme yang radikal.
Dengan kritisisme, Imanuel Kant mencoba mengembangkan suatu sintesis atas dua pendekatan yang bertentangan ini. Kant berpendapat bahwa


masing-masing pendekatan benar separuh, dan salah separuh. Benarlah bahwa pengetahuan kita tentang dunia berasal dari indera kita, namun dalam akal kita ada faktor-faktor yang menentukan bagaimana kita memandang dunia sekitar kita. Ada kondisi-kondisi tertentu dalam manusia yang ikut menentukan konsepsi manusia tentang dunia. Kant setuju dengan Hume bahwa kita tidak mengetahui secara pasti seperti apa dunia "itu sendiri" ("das Ding an sich"), namun hanya dunia itu seperti tampak "bagiku", atau "bagi semua orang". Namun, menurut Kant, ada dua unsur yang memberi sumbangan kepada pengetahuan manusia tentang dunia. Yang pertama adalah kondisi-kondisi lahirilah ruang dan waktu yang tidak dapat kita ketahui sebelum kita menangkapnya dengan indera kita. Ruang dan waktu adalah cara pandang dan bukan atribut dari dunia fisik di mana hal itu merupakan materi pengetahuan. Yang kedua adalah kondisi-kondisi batiniah dalam manusia mengenai proses-proses yang tunduk kepada hukum kausalitas yang tak terpatahkan. Kant bermaksud mengadakan penelitian yang kritis terhadap rasio murni, Immanuel Kant mewujudkan pemikirannya tersebut ke dalam beberapa buku yang sangat penting yaitu tentang kritik. Buku-bukunya antara lain berjudul:
1.“Kritik der reinen Vernunft” (Kritik atas Rasio Murni) tahun 1781
Dalam kritik ini, antara lain Kant menjelaskan bahwa ciri pengeta¬huan adalah bersifat umum, mutlak dan memberi pengertian baru. Untuk itu ia terlebih dulu membedakan adanya tiga macam putus¬an. Pertama, putusan analitis a priori; di mana predikat tidak menambah sesuatu yang baru pada subjek, karena sudah termuat di dalamnya (misalnya, setiap benda menempati ruang). Kedua, putusan sintesis aposteriori, misalnya pemyataan"meja itu bagus", di sini predikat dihubungkan dengan subjek berdasarkan penga¬laman indrawi. Ketiga, putusan sintesis a priori: di sini dipakai sebagai suatu sumber pengetahuan yang kendati bersifat sintetis, namun bersifat a priori juga. Misalnya, putusan yang berbunyi "segala kejadian mempunyai sebabnya". Putusan ini berlaku umum dan mutlak (jadi a priori), namun putusan ini juga bersifat sintetis dan aposteriori, Sebab di dalam pengertian "kejadian" belum dengan sendirinya tersirat pengertian "sebab". Maka di sini baik akal ataupun pengalaman indrawi dibutuhkan serentak. Ilmu pasti, mekanika, dan ilmu pengetahuan alam disusun atas putusan sintetis yang bersifat a priori ini. Menurut Kant, putusan jenis ketiga inilah syarat dasar bagi apa yang disebut pengetahuan (ilmiah) dipenuhi, yakni bersifat umum dan mutlak serta memberi pengetahuan baru.

2.“Kritik der Praktischen Vernunft ” (Kritik atas Rasio Praktis) tahun 1788.
Dalam kritik atas rasio praktis, Kant berusaha menemukan bagaimana pengetahuan moral itu terjadi. Pengetahuan moral , misalnya dalam putusan “orang harus jujur”, tidak menyangkut kenyataan yang ada (das Sein), melainkan kenyataan yang seharusnya ada (das Sollen). Pengetahuan macam ini bersifat a priori sebab tidak menyangkut tindakan empiris, melainkan asas – asas tindakan. Kritik atas rasio praktis ini melahirkan etika.

3.“Kritik der Urteilskraft” (Kritik atas Daya Pertimbangan) tahun 1790
Kritik atas Daya Pertimbangan terdiri dari sebuah pendahuluan. Kant mengemukakan delapan pokok persoalan di antaranya adalah bagaimana cara ia berusaha merukunkan dua karya kritik sebelumnya di dalam satu kesatuan yang menyeluruh. Bagian pertama dari karya itu berjudul “Kritik atas daya penilaian estetis” dan terbagi menjadi dua bagian yang terkait dengan penilaian estetis yaitu analisa daya penilaian estetis dan dialektika daya penilaian estetis. Analisa putusan estetis dibagi lagi menjadi dua bagian yaitu analisa tentang cantik (beautiful) dan analisa tentang agung (sublime).

Perasaan estetis menurut Kant berada pada keselarasan pikiran dengan imajinasi dengan dasar bebasnya kerja imajinasi. Semangat ( geist ) kreatif yang menghasilkan objek-objek seni tersembunyi pula di dalam adonan antara pikiran dan imajinasi. Kant (menurut Bousanquet) telah berhasil merombak sendi-sendi filsafat seni dengan “berani dan tenang” dan belum pernah ada orang yang dapat mencapai ketelitian dalam membedakan istilah-istilah estetis. Kant pulalah yang telah mengaplikasikan logika di dalam estetika dan menganalisa seni dengan cara yang sangat ilmiah.

Biografi Immanuel Kant
Immanuel Kant (1724-1804) adalah seorang filsuf besar Jerman abad ke-18 yang memiliki pengaruh sangat luas bagi dunia intelektual. Pengaruh pemikirannya merambah dari wacana metafisika hingga etika politik dan dari estetika hingga teologi. Lebih dan itu, dalam wacana etika ia juga mengembangkan model filsafat moral baru yang secara mendalam mempengaruhi epistemologi selanjutnya.
Telaah atas pemikiran Kant merupakan kajian yang cukup rumit, sedikitnya karena dua alasan. Pertama, Kant membongkar seluruh filsafat sebelumnya dan membangunnya secara baru sama sekali. Filsafatnya itu oleh Kant sendiri disebut Kritisisme untuk melawankannya dengan Dogmatisme. Dalam karyanya berjudul Kritik der reinen Vernunft (Kritik Akal Budi Murni, 1781/1787) Kant menanggapi, mengatasi, dan membuat sintesa antara dua arus besar pemikiran modern, yakni Empirisme dan Rasionalisme. Revolusi filsafat Kant ini seringkali diperbandingkan dengan revolusi pandangan dunia Kopernikus, yang mematahkan pandangan bahwa bumi adalah datar.
Kedua, sumbangan Kant bagi Etika. Dalam Metaphysik der Sitten (Metafisika Kesusilaan, 1797), Kant membuat distingsi antara legalitas dan moralitas, serta membedakan antara sikap moral yang berdasar pada suara hati (disebutnya otonomi) dan sikap moral yang asal taat pada peraturan atau pada sesuatu yang berasal dan luar pribadi (disebutnya heteronomi).
Kant lahir pada 22 April 1724 di Konigsberg, Prussia Timur (sesudah PD II dimasukkan ke Uni Soviet dan namanya diganti menjadi Kaliningrad). Berasal dan keluarga miskin, Kant memulai pendidikan formalnya di usia delapan tahun pada Collegium Fridericianum. Ia seorang anak yang cerdas. Karena bantuan sanak saudaranyalah ia berhasil menyelesaikan studinya di Universitas Konigsberg. Selama studi di sana ia mempelajari hampir semua matakuliah yang ada. Untuk mencari nafkah hidup, ia sambil bekerja menjadi guru pribadi (privatdozen) pada beberapa keluarga kaya.
Pada 1775 Kant rnemperoleh gelar doktor dengan disertasi benjudul “Penggambaran Singkat dari Sejumlah Pemikiran Mengenai Api” (Meditationum quarunsdum de igne succinta delineatio). Sejak itu ia mengajar di Univensitas Konigsberg untuk banyak mata kuliah, di antaranya metafisika, geografi, pedagogi, fisika dan matematika, logika, filsafat, teologi, ilmu falak dan mineralogi. Kant dijuluki sebagai “der schone magister” (sang guru yang cakap) karena cara mengajarnya yang hidup bak seorang orator.
Pada Maret 1770, ia diangkat menjadi profesor logika dan metafisika dengan disertasi Mengenai Bentuk dan Azas-azas dari Dunia Inderawi dan Budiah (De mundi sensibilis atgue intelligibilis forma et principiis). Kant meninggal 12 Februari 1804 di Konigsberg pada usianya yang kedelapanpuluh tahun. Karyanya tentang Etika mencakup sebagai berikut: Grundlegung zur Metaphysik der Sitten (Pendasaran Metafisika Kesusilaan, 1775), Kritik der praktischen Vernunft (Kritik Akal Budi Praktis, 1 778), dan Die Metaphysik der Sitten (Metafisika Kesusilaan, 1797).

Tips Menangani Ponsel Yang Terkena Air.

Tips Menangani Ponsel Yang Terkena Air.

Apabila anda mengalami sebuah peristiwa sial yaitu ponsel kebasahan saat hujan atau terendam kedalam air saat banjir, maka anda tidak perlu panik. Untuk tindakan pertolongan pertama mungkin anda dapat mengikuti beberapa langkah dibawah ini:

1. Ambil kain lembut atau tissue kering dan keringkan ponsel Anda. Jika ponsel berbentuk flip, maka Anda harus membukanya dan mengeringkan layar juga tombol tombol ponsel.

2. Lepaskan baterai dan gunakan kain lembut atau tissue tersebut untuk mengeringkannya jika masih ada air di dalamnya dan bersihkan sampai kering benar, jangan mencoba menyalakannya apabila anda tidak mau mengambil resiko komponen ponsel anda akan rusak.

3. Lepaskan sim card dan keringkan, agar tidak rusak terkena air sehingga resiko kehilangan data – data penting bisa diminimalisir.

4. Proses pengeringan dapat dengan sinar matahari, atau menggunakan blow dryer dengan panas yang rendah, dan menempatkannya sekitar 3 inch dari baterai ponsel. Anda dapat melakukannya sekitar 30 menit.

5. Setelah yakin benar ponsel sudah kering, kemudian letakkan baterai ponsel kembali ke ponsel, masukkan sim card lalu coba nyalakan. Jika ponsel menyala dengan normal, maka hal ini adalah pertanda baik. Berarti ponsel masih dapat dipergunakan.

6. Jika ponsel Anda tidak mau menyala sama sekali atau menyala tetapi mengalami gangguan – gangguan, misalnya layar tidak menyala atau keypad-nya susah dipergunakan, sebaiknya anda segera menghubungi tenaga ahli atau service terdekat.

Demikian, tips yang dapat diberikan, selamat mencoba..!!